DI BAWAH SINAR LAMPU MERKURI
: bersama ompie, dodo, tulus dan irman
Di bawah sinar lampu merkuri, Jakarta yang membuat usia sia-sia di jalanan macet, dicekam ketakutan kapak merah, di tatap kanak yang menyergap kita dengan ucap memelas: oom, saya belum makan oom. Tapi yang terbayang adalah bau lem menyengat dari kaleng aica aibon, deru play station.
Tapi mungkin kita harus menjadi batu, mengeraskan hati, sepanjang jalanan berbau busuk dari got yang hitam warna airnya. Di kerling perempuan malam yang menggoda dengan jeans dan kaos ketat membalut tubuhnya.
O malam di bawah sinar lampu merkuri. Kita memintal angan, menuang jejal kesal, ke dalam benak sendiri. Ribuan kata menikam di dada menambah nyeri. Tertimbun dalam mimpi malam ini. Buruk sekali.
TIM 18 Desember 2002, Malabar 19 Desember 2002
: bersama ompie, dodo, tulus dan irman
Di bawah sinar lampu merkuri, Jakarta yang membuat usia sia-sia di jalanan macet, dicekam ketakutan kapak merah, di tatap kanak yang menyergap kita dengan ucap memelas: oom, saya belum makan oom. Tapi yang terbayang adalah bau lem menyengat dari kaleng aica aibon, deru play station.
Tapi mungkin kita harus menjadi batu, mengeraskan hati, sepanjang jalanan berbau busuk dari got yang hitam warna airnya. Di kerling perempuan malam yang menggoda dengan jeans dan kaos ketat membalut tubuhnya.
O malam di bawah sinar lampu merkuri. Kita memintal angan, menuang jejal kesal, ke dalam benak sendiri. Ribuan kata menikam di dada menambah nyeri. Tertimbun dalam mimpi malam ini. Buruk sekali.
TIM 18 Desember 2002, Malabar 19 Desember 2002
Comments
Post a Comment