SEBAGAI ORANG YANG MENZALIMI DIRI SENDIRI
sebagai adam yang terusir dari negeri jauh itu akupun menangis dan memohon ampun atas penzaliman diri sendiri sebagai nuh yang menangis mendoa di hujan deras meminta ampunan bagi kanaknya yang durhaka sebagai yunus yang lari dari kaumnya di perut ikan nun sebagai ibrahim yang berdoa meminta ampunan bagi bapak pembuat berhala aku berdoa sebagai orang-orang yang telah menzalimi diri sendiri di usia sia-sia tak henti menerima kekalahan diri sendiri dari goda dari angan mimpi yang dikejar sebagai bayang tiada habis ke ujung cakrawala gairah yang menyala sambil mencoba menipu diri sendiri menipu tatapmu berulangkali dengan khianat tapi engkau demikian tajam menatap tak aku sanggup sembunyi bahkan dari diri sendiri yang menyeru agar aku berhenti menzalimi diri sendiri di lintasan waktu yang membuat dada cintaku pecah berhamburan peristiwa-peristiwa kegilaan pikiran memuncak puncak ke cakrawala otakku hingga burai segala isi sebagai pecahan-pecahan kaca kepingan wajahmu terbanting ke lantai kasar jiwaku yang gelap rindu cahaya cintamu rindu cahaya ampunmu rindu cahaya kasihsayangmu selalu.
Depok, 2002
sebagai adam yang terusir dari negeri jauh itu akupun menangis dan memohon ampun atas penzaliman diri sendiri sebagai nuh yang menangis mendoa di hujan deras meminta ampunan bagi kanaknya yang durhaka sebagai yunus yang lari dari kaumnya di perut ikan nun sebagai ibrahim yang berdoa meminta ampunan bagi bapak pembuat berhala aku berdoa sebagai orang-orang yang telah menzalimi diri sendiri di usia sia-sia tak henti menerima kekalahan diri sendiri dari goda dari angan mimpi yang dikejar sebagai bayang tiada habis ke ujung cakrawala gairah yang menyala sambil mencoba menipu diri sendiri menipu tatapmu berulangkali dengan khianat tapi engkau demikian tajam menatap tak aku sanggup sembunyi bahkan dari diri sendiri yang menyeru agar aku berhenti menzalimi diri sendiri di lintasan waktu yang membuat dada cintaku pecah berhamburan peristiwa-peristiwa kegilaan pikiran memuncak puncak ke cakrawala otakku hingga burai segala isi sebagai pecahan-pecahan kaca kepingan wajahmu terbanting ke lantai kasar jiwaku yang gelap rindu cahaya cintamu rindu cahaya ampunmu rindu cahaya kasihsayangmu selalu.
Depok, 2002
Comments
Post a Comment