SEBAGAI PECINTA YANG MERINDU WAJAHNYA
demikianlah hiruk pikuk serta sihir dunia telah memabukannya hingga terasa perutnya diaduk-aduk benaknya diaduk-aduk dadanya diaduk-aduk hingga ingin dimuntahkan segera seperti gelas yang penuh dan luber dan mengalir ke mana entah mungkin ke ketiadaan atau asal mula segala persoalan sebagai diingatnya kekosongan menemui diri sendiri ditumpahkan segala tangis dan aduhnya pada kesunyian seperti abad-abad kesunyian al-kahfi atau keheningan hira di mana muhammad menekuri kesejatian hidup hingga malam-malam adalah tangis ruh yang merindu kekasih yang menghembus cintanya ke dalam dada sendiri ingin kembali pulang terbang menembus tabir-tabir rahasia wajahnya yang maha rahasia wajahnya di tabir cahaya di lapis cahaya hingga ia menari dalam dendang lagu rindu yang menghentak-hentak hingga terbang dalam dawam-lafaz nama kekasih yang dirindu yang tak terhingga jarak dan waktu sebagai likuliku pendakian ke hakikat makrifat terbang dengan sayap yang robek dan patah di tengah taifun badai menghempashempas membantingbanting ke tebing tebing derita bahagia sebagai kesunyian yang diterima para pecinta yang merindu wajahnya.
Depok, 2002
demikianlah hiruk pikuk serta sihir dunia telah memabukannya hingga terasa perutnya diaduk-aduk benaknya diaduk-aduk dadanya diaduk-aduk hingga ingin dimuntahkan segera seperti gelas yang penuh dan luber dan mengalir ke mana entah mungkin ke ketiadaan atau asal mula segala persoalan sebagai diingatnya kekosongan menemui diri sendiri ditumpahkan segala tangis dan aduhnya pada kesunyian seperti abad-abad kesunyian al-kahfi atau keheningan hira di mana muhammad menekuri kesejatian hidup hingga malam-malam adalah tangis ruh yang merindu kekasih yang menghembus cintanya ke dalam dada sendiri ingin kembali pulang terbang menembus tabir-tabir rahasia wajahnya yang maha rahasia wajahnya di tabir cahaya di lapis cahaya hingga ia menari dalam dendang lagu rindu yang menghentak-hentak hingga terbang dalam dawam-lafaz nama kekasih yang dirindu yang tak terhingga jarak dan waktu sebagai likuliku pendakian ke hakikat makrifat terbang dengan sayap yang robek dan patah di tengah taifun badai menghempashempas membantingbanting ke tebing tebing derita bahagia sebagai kesunyian yang diterima para pecinta yang merindu wajahnya.
Depok, 2002
Comments
Post a Comment