diacung kapak digedor-gedor pintumu belah-belah kepalamu berdarahlah
puisi berdarahlah dalam alir nadi tubuhku kata-kata dalam sumsum
otakku
"habisi saja masa lalu juga segala yang bernama dosa"
lihatlah tari itu dalam genang, o, sang pemberontak, dalam tikam
dalam dendam dalam kelam dalam geram
"mampuslah! mampuslah! segala yang bernama kelemahan!"
tak bermata hati hatimu membatubatu karena segala tegar adalah
dirimukah segala pasti tak ada demikiankah
"demikian, aku mencium darah puisi begitu harum rasanya"
Comments
Post a Comment