Mungkin Ada
:h.a
Mungkin ada yang mengendap. Di suatu malam. Saat rimis tiba. Menjengukmu. Saat engkau tertidur. Dan kata-kata itu tersusun. Dalam mimpimu. Tentang ia menjejakkan kakinya. Di tanah basah. Di halaman rumah.
Mungkin ada yang menjengukmu. Di dalam mimpi. Saat engkau coba menyusun kata-kata. Seperti malam itu. Engkau demikian merasa ada yang melintas di tengah rimis.
Mungkin ada yang menulis. Menyusun mimpi-mimpi. Di suatu malam. Setelah menjenguk ke dalam tidurmu.
Mungkin engkau pun menulis suatu ketika. Tentang jejak di tanah basah. Tentang Aku yang menjengukmu. Di dalam puisi itu.
Malang, Nopember 2003
Sebagai Kau Setiai Puisi
:h.a
Sebagai kau setiai kata-kata. Demikian penuh cinta. Kau coba menelusur kedalaman makna rahasia. Kegaiban puisi. Hantarkan bayang-bayang. Dari mimpimu. Pada saat entah. Mungkin rasa nyeri yang hendak kau bisikkan. Di setiap telinga. Atau berucap kepada dirimu sendiri. Demikian lirih. Demikian liris. Demikian samar. Serupa kabut tipis. Antara rimis. Dan desau angin. Serta remang cahaya.
Sebagai kau setiai puisi. Dari kedalaman arus memusar. Dari dalam jiwamu. Demikian penuh cinta. Sepatah demi sepatah. Hendak kau terjemah ke dalam kata kata. Agar tak pudar. Agar tersampai. Segala rahasia. Yang diisyaratkan entah oleh siapa.
Malang Nopember 2003
:h.a
Mungkin ada yang mengendap. Di suatu malam. Saat rimis tiba. Menjengukmu. Saat engkau tertidur. Dan kata-kata itu tersusun. Dalam mimpimu. Tentang ia menjejakkan kakinya. Di tanah basah. Di halaman rumah.
Mungkin ada yang menjengukmu. Di dalam mimpi. Saat engkau coba menyusun kata-kata. Seperti malam itu. Engkau demikian merasa ada yang melintas di tengah rimis.
Mungkin ada yang menulis. Menyusun mimpi-mimpi. Di suatu malam. Setelah menjenguk ke dalam tidurmu.
Mungkin engkau pun menulis suatu ketika. Tentang jejak di tanah basah. Tentang Aku yang menjengukmu. Di dalam puisi itu.
Malang, Nopember 2003
Sebagai Kau Setiai Puisi
:h.a
Sebagai kau setiai kata-kata. Demikian penuh cinta. Kau coba menelusur kedalaman makna rahasia. Kegaiban puisi. Hantarkan bayang-bayang. Dari mimpimu. Pada saat entah. Mungkin rasa nyeri yang hendak kau bisikkan. Di setiap telinga. Atau berucap kepada dirimu sendiri. Demikian lirih. Demikian liris. Demikian samar. Serupa kabut tipis. Antara rimis. Dan desau angin. Serta remang cahaya.
Sebagai kau setiai puisi. Dari kedalaman arus memusar. Dari dalam jiwamu. Demikian penuh cinta. Sepatah demi sepatah. Hendak kau terjemah ke dalam kata kata. Agar tak pudar. Agar tersampai. Segala rahasia. Yang diisyaratkan entah oleh siapa.
Malang Nopember 2003
Comments
Post a Comment