akulah sisiphus katamu menggelinding sepanjang pagi hingga malam di jalanan ibukota. tapi aku bahagia, tapi aku bahagia. seperti kudengar ada yang menderaskan airmata di dalam guci puisi.
seguci puisi keteguk demi seteguk hingga airmatamu mendarah di nadi puisiku malam ini
karena aku telah menjelma sisiphus menggelinding sepanjang pagi hingga malam di sini. tapi aku sunyi, tapi aku sunyi
dan kuteguk seguci puisi, hingga.....
seguci puisi keteguk demi seteguk hingga airmatamu mendarah di nadi puisiku malam ini
karena aku telah menjelma sisiphus menggelinding sepanjang pagi hingga malam di sini. tapi aku sunyi, tapi aku sunyi
dan kuteguk seguci puisi, hingga.....
Mas Nanang, trims untuk puisinya. Kalau boleh tahu, puisi aku yang mana yang sdh mengilhami puisi ini?
ReplyDeleteSalam ya.
aku lupa judulnya. kalau enggak salah pernah dimuat di jurnal puisi atau di buku kumpulan puisi ksi ya...
ReplyDeleteYa sudah ndak papa, tadinya kalau ketahuan jelas darimananya, aku pengin bikin postingan kecil dgn judul "silsilah puisi", tentang bagaimana sebuah puisi bisa beranak pinak jadi beberapa turunan begitu. Menurutku itu menarik ya.
ReplyDelete