ku duduk di sini. memandang senja yang hujan. tak ada engkau. hanya angin dan sisa cahaya menyelinap dalam temaram. kau dimana?
sebagai pena, ingin kutulis sajak dalam baris-baris yang ganjil, sesuatu yang mungkin teramat asing, dan kau menyebutnya: puisi
kau kenang juga daun yang gugur di senja puisi, sebagai cinta yang mencium keningmu
biarkan aku menyelinap, dalam kenangmu yang biru. agar kau tahu, ada aku yang merindukanmu. selalu.
kenang yang biru. langit yang biru. mimpi yang biru. dan juga rindu yang biru. kau pulas di kanvas hidupku.
kanvas yang kau hias dengan segenap rindu, telah kupajang di galeri. kupandang selalu. penuh cinta
sebagai pena, ingin kutulis sajak dalam baris-baris yang ganjil, sesuatu yang mungkin teramat asing, dan kau menyebutnya: puisi
kau kenang juga daun yang gugur di senja puisi, sebagai cinta yang mencium keningmu
biarkan aku menyelinap, dalam kenangmu yang biru. agar kau tahu, ada aku yang merindukanmu. selalu.
kenang yang biru. langit yang biru. mimpi yang biru. dan juga rindu yang biru. kau pulas di kanvas hidupku.
kanvas yang kau hias dengan segenap rindu, telah kupajang di galeri. kupandang selalu. penuh cinta
Comments
Post a Comment