Kumpulan Puisi: AIR MATA IBU
Puisi-Puisi Nanang Suryadi
SENYUM
MENGENANG KANAK
GERAK KURSOR ATAU SESUATU YANG RAPUH
Kursor bergerak
Ketukan pada keyboard
Memetakan sepi
Dunia menggoda gelisahku
Sebuah ketidakmenentuan
Sikap membaja atau sesuatu yang rapuh
Menahan diri, dari segala yang kan jadi sesal
Cuma tatap, entah sedih atau marah
Mengarah ke lubuk hatiku
Menghunjam dalam
Menakik tajam
Aorta jantungku
Menderas darah
(mengapa tak airmata?)
Limbung aku
Jatuh
Betapa rapuh
Malang, 19 April 1998
SUARA YANG MEMANGGIL
Sebatang pohon yang tumbuh lurus ke langit
Daunnya tertiup angin
Mendesau-desau
Memanggil-manggil
"seperti suara maut" katamu
Bersama gigil yang membayang pada wajah
Suara itu, sepertinya akrab juga di telingaku
Malang, 19 April 1998
AIR MATA YANG DISEKA
BUAT ANGGI YANG MURAM
NISBI
yang terdiam pada tanya,
adalah bayang-bayang
menyusut pada kabut,
menyusut pada kabut,
hempas angin pada pintu
dan kirai,
dan kirai,
alis lengkung
rambut terurai
mata meredup
rambut terurai
mata meredup
setelah nanar dalam sasar,
jemari ditekuk dieratkan,
jemari ditekuk dieratkan,
hendak
menatap langit
menatap langit
cuma detak menetak:
sebuah kesunyian!
sebuah kesunyian!
malang, 1999
MENARILAH BAYANG-BAYANG
aku ingin merenggutmu dari masa lalu,
dengan senyum gemintang, goda sepiku
dengan senyum gemintang, goda sepiku
coba katakan pada lengkung langit wajah siapa tertatah
mungkin kerinduan atau kepak burung yang terbang ke utara
mungkin kerinduan atau kepak burung yang terbang ke utara
mulailah menari
dengan gaun warna-warni
dengan gaun warna-warni
paras binar
mata menikam
mata menikam
ke dalam dadaku!
malang, 1999
SENYUM
sebuah senyum, sorot mata,
berulang mengeja: kehidupan begitu bengisnya
mengapa benci, bukan cinta, katamu bertanya
mengapa benci, bukan cinta, katamu bertanya
arelia, arelia
udara begitu bertuba, kita asing berdua
udara begitu bertuba, kita asing berdua
dan dunia? ia tertawa
malang, 1999
MENGENANG KANAK
"sakadang kuya akhirnya dikawinkan dengan puteri petani," kata abah
wonderland, dreamland...
kupu-kupu kecil, bidadari kecil, kancil yang cerdik, kuya panjang akal, monyet
yang licik, mari bermain denganku. lihat peter pan! lihat peter pan!
kupu-kupu kecil, bidadari kecil, kancil yang cerdik, kuya panjang akal, monyet
yang licik, mari bermain denganku. lihat peter pan! lihat peter pan!
tapi katamu:
mungkin aku serupa kelinci melompat-lompat. atau kepompong menggantung, bertapa:
dalam kesunyian panjang
mungkin aku serupa kelinci melompat-lompat. atau kepompong menggantung, bertapa:
dalam kesunyian panjang
(kanak! masuklah dalam duniaku)
dremland, wonderland..
pinokio, puteri salju, cinderella, kau lihat andersen! kau lihat andersen!
mereka bermain di sini
pinokio, puteri salju, cinderella, kau lihat andersen! kau lihat andersen!
mereka bermain di sini
(kanak! masuklah dalam duniaku)
: abah ke mana mereka pergi?
abah terdiam
buku berdebu
buku berdebu
televisi menyerbu kamarku
penuh darah, perselingkuhan, pesta kematian
penuh darah, perselingkuhan, pesta kematian
(kanak! masuklah ke dalam millenium! masuklah! dengan penuh kebingungan)
abaaaaaaaaaaaaaah!
malang, 1999
EKSISTENSI KEHENDAK
buat:f.n.
buat:f.n.
mari kita menari, katamu
bersama darah! bersama darah!
karena manusia punya kehendak
mari menari
bersama darah! bersama darah!
karena manusia punya kehendak
mari menari
( kartu pos bergambar lelaki memekik ---mungkin orgasme---
kuharap kau datang, acara: pentas tari zaratustra
pukul: nol-nol, lokasi : rumah sakit jiwa, kamar no 13)
kuharap kau datang, acara: pentas tari zaratustra
pukul: nol-nol, lokasi : rumah sakit jiwa, kamar no 13)
: sebentuk ikon, indeks, buku, arketiph, mitos
berguguran! berguguran!
berguguran! berguguran!
mari kita menari
bersama darah! bersama darah!
karena manusia
punya kehendak
bersama darah! bersama darah!
karena manusia
punya kehendak
: kuasa!
malang, 1999
AIR MATA IBU
butiran bening yang menggelincir lewat pipi keriput dipahat angin dan waktu.
menjelmalah negeri-negeri yang penuh kenangan. menyanyikan tanah leluhur yang
tergusur.
menjelmalah negeri-negeri yang penuh kenangan. menyanyikan tanah leluhur yang
tergusur.
kupeluk ibu. mereguk kasih sayang yang terus mengalir. dari mata air tak pernah
kering. menyirami ladang-ladang kerontang dalam dada.
kering. menyirami ladang-ladang kerontang dalam dada.
dimanakah suara orang mengaji itu ibu? ketika malam berangkat subuh, ketika
tertidur aku di pangkuanmu.
tertidur aku di pangkuanmu.
siakah engkau ibu? melukisi matahari dengan jemari. memahati batu dengan
airmata. dalam dada anak-anakmu sepanjang waktu.
airmata. dalam dada anak-anakmu sepanjang waktu.
dan airmata itu melumuri mukaku. datang dari negeri jauh. tanah yang
ditinggalkan; sejak adam terusir dari surga
ditinggalkan; sejak adam terusir dari surga
malang, 1995
DI USIA SENJA
menikahi cakrawala merah saga. senja melembayung di depan mata. kecuplah dengan
penuh kasih sayang. kehangatan alami menjelma setiap saat. lewat kepurbaan
menyapa detik demi detik wajah kita yang merindu.
penuh kasih sayang. kehangatan alami menjelma setiap saat. lewat kepurbaan
menyapa detik demi detik wajah kita yang merindu.
selamat petang ayah ibu. anak-anak bermandikan keringat dan airmata asin
kalian. tenaga yang tercurah menderas setiap waktu. pikiran yang disusun pada
lembar kehidupan.
kalian. tenaga yang tercurah menderas setiap waktu. pikiran yang disusun pada
lembar kehidupan.
selamat petang. selamat senja. langit merah saga. kami kecup kalian sebagai
kasih sayang. sebagai kenangan abadi terbayang.
kasih sayang. sebagai kenangan abadi terbayang.
sengkaling, september 1996
ADA
ada yang membaca puisi diam-diam,
dalam kamar,
dalam kamar,
ada yang teriak kesakitan,
di jalan-jalan
di jalan-jalan
ada yang berdarah,
di kamar gelap
di kamar gelap
ada yang mengaduh,
..........
..........
ada yang.......,
...........
...........
ada ...... ...... ,
........
........
PESAN
dalam benak kita banyak keinginan: cita-cita
mungkin juga kenangan yang bergayut
di depan mata tersodor pilihan demi pilihan
mungkin juga kenangan yang bergayut
di depan mata tersodor pilihan demi pilihan
"aku memilih jalan ini," katamu suatu ketika
tak ada yang perlu menjadi sesal
ketika kenyataan terucap pasti
tak ada yang perlu menjadi sesal
ketika kenyataan terucap pasti
ya, semoga kita tabah menjalani…....
Malang, 27 Nopember 1998
MENJELANG 1999
Aku berangkat dari waktu lalu
Fajar merekah sebagai masa
Membuka pintu
Membuka pintu
Kaki melangkah
Semoga tak lagi goyah
Diterpa goda berulang juga
Semoga tak lagi goyah
Diterpa goda berulang juga
Gamit ini diri kasihku
Ajarkan ketabahan,
kesabaran,
keberanian
dan keteguhan
Ajarkan ketabahan,
kesabaran,
keberanian
dan keteguhan
Pada senyum
Tatapan kesejukan
Aku ingin berlari
Tatapan kesejukan
Aku ingin berlari
(Matahari menyibak kegelapan
Aku pun terbang mengepakkan sayap
Bersama kupu dan burung-burung
Aku pun terbang mengepakkan sayap
Bersama kupu dan burung-burung
Akupun tumbuh bersama mekaran bunga-bunga
Mewangi-mewangi
Mewangi-mewangi
Membuka hari
Membuka lembaran
Semoga menemu
Apa yang dituju!)
Membuka lembaran
Semoga menemu
Apa yang dituju!)
Malang, 31 Desember 1998 pukul 11.30
AKU BERLARI MENUJUMU
aku berlari menujumu,
dan senyummu yang mawar
merekah. bersama embun.
dan senyummu yang mawar
merekah. bersama embun.
matahari tertawa.
dan dunia?
dan dunia?
o tetap berputaran
seperti juga dulu
seperti juga dulu
kau hawa yang tergoda
aku: adam yang terluka
aku: adam yang terluka
IN MEMORIUM
:romo mangun
senja itu menangkup ayah, yang bijak
"selamat tinggal negeri. selamat tinggal. semoga damai selalu"
"selamat tinggal negeri. selamat tinggal. semoga damai selalu"
bidadari-bidadari kecil bersayap menebarkan bunga
di langit menyambut kedatangan: selamat datang!
di langit menyambut kedatangan: selamat datang!
RUMAH KITA ITU
jika kau pergi,
pintu ini tetap terbuka
pintu ini tetap terbuka
dan kau pasti tahu jalan
untuk kembali
untuk kembali
ke rumah kita yang menyimpan senyum
atau tangis atau kegeraman!
atau tangis atau kegeraman!
dan ia adalah kerinduan!
AKU INGIN BICARA PADAMU
aku ingin bicara padamu, dengan ketulusan, menatap kejernihan
dalam-dalam, berenangan kanak di matamu, telaga
dalam-dalam, berenangan kanak di matamu, telaga
mereka menyebutmu ibu, dan merentangkan rambutmu sebagai jembatanke masa depan mereka menuju
"aku takut pada bapak", kata mereka suatu ketika
aku pun ingin berenang bersama mereka, menjemput kekanakan,
aku pun ingin berenang bersama mereka, menjemput kekanakan,
dalam puisi, kebeningan
aku ingin bicara padamu: kerinduan!
aku ingin bicara padamu: kerinduan!
CHATING
hanya bualan,
candu,
menusuk rabu,
candu,
menusuk rabu,
kepala pening,
puyeng,
mikirin utang,
puyeng,
mikirin utang,
habibie
kapan harga bisa turun?
kapan harga bisa turun?
SAJAK PEREMPUAN
"ia telah menjadi penzinah. gundik intelektual"
lalu tangan siapa hendak
merajamnya di dekat pintu gerbang.
merajamnya di dekat pintu gerbang.
mungkin di balik tabir. di kedalaman tubir.
rabu yang simpan kesah, atau rahasia
kata-kata.
rabu yang simpan kesah, atau rahasia
kata-kata.
"sesahlah. sesahlah!"
tangan siapa tak berdosa. lemparlah batu kepadanya!
malang, 20-3-1999
SAJAK IBU
"aku merindukanmu", malin kundang menyeru.
kau tahu, kasihmu tak mungkin
menyulapku jadi batu.
kau tahu, kasihmu tak mungkin
menyulapku jadi batu.
"kanak, mana cintamu padaku?" ibu menatap wajahku
mataku kuyu, menatap
ragu:"cinta?"
mataku kuyu, menatap
ragu:"cinta?"
sangkuriang, sangkuriang ke mana ibu?
malinkundang, malinkundang ke mana ibu?
aidipus, aidipus ke mana ibu?
malinkundang, malinkundang ke mana ibu?
aidipus, aidipus ke mana ibu?
mereka menyebutnya sebagai ibu,
telaga, tumpahan kesah kanak yang resah
telaga, tumpahan kesah kanak yang resah
malang, 20-3-1999
SEBUAH CATATAN PINGGIR
Dan kelepak pun terkulai
Memikul keraguan
Dengan desir
Angin tawarkan ingin
Pada batas penantian
Terangan juga
Masa lalu dan masa depan
Sebuah fatamorgana:
Kau tahu, ragu juga aku pada kata-kata
Apatah puisi, cerita sebagai dusta
Malang, 5 April 1998
JANGAN GOYANG KURSIKU
Jangan kau goyang kursiku,
nanti kakinya patah,
terjatuh aku
Jangan kau goyang kursiku,
nanti kupatahkan tangan dan kakimu
Memikul keraguan
Dengan desir
Angin tawarkan ingin
Pada batas penantian
Terangan juga
Masa lalu dan masa depan
Sebuah fatamorgana:
Kau tahu, ragu juga aku pada kata-kata
Apatah puisi, cerita sebagai dusta
Malang, 5 April 1998
JANGAN GOYANG KURSIKU
Jangan kau goyang kursiku,
nanti kakinya patah,
terjatuh aku
Jangan kau goyang kursiku,
nanti kupatahkan tangan dan kakimu
Jangan teriak-teriak di sini,
nanti kutampar kau hingga pekak telingamu
Betul, aku tak main-main
jika kau jera juga
setelah kusumpal mulutmu
nanti kutampar kau hingga pekak telingamu
Betul, aku tak main-main
jika kau jera juga
setelah kusumpal mulutmu
Buktikan, bahwa aku pun akan tega
memenggal kepalamu!
Awas!
sekali lagi kukatakan:
Jangan kau goyang kursiku!
Malang, 15 April 1998
memenggal kepalamu!
Awas!
sekali lagi kukatakan:
Jangan kau goyang kursiku!
Malang, 15 April 1998
GERAK KURSOR ATAU SESUATU YANG RAPUH
Kursor bergerak
Ketukan pada keyboard
Memetakan sepi
Dunia menggoda gelisahku
Sebuah ketidakmenentuan
Sikap membaja atau sesuatu yang rapuh
Menahan diri, dari segala yang kan jadi sesal
Cuma tatap, entah sedih atau marah
Mengarah ke lubuk hatiku
Menghunjam dalam
Menakik tajam
Aorta jantungku
Menderas darah
(mengapa tak airmata?)
Limbung aku
Jatuh
Betapa rapuh
Malang, 19 April 1998
SUARA YANG MEMANGGIL
Sebatang pohon yang tumbuh lurus ke langit
Daunnya tertiup angin
Mendesau-desau
Memanggil-manggil
"seperti suara maut" katamu
Bersama gigil yang membayang pada wajah
Suara itu, sepertinya akrab juga di telingaku
Malang, 19 April 1998
AIR MATA YANG DISEKA
mari kuseka airmatamu, sebagai butiran hujan
bikin hatiku kuyup, atau kristal berpendaran tertimpa cahaya, tapi
bikin hatiku kuyup, atau kristal berpendaran tertimpa cahaya, tapi
aduh menusuk
dadaku
dadaku
ada yang diseka, mungkin bukan airmata,
tapi nama dari sebuah negeri bernama: kenangan
atau wajahmu?
tapi nama dari sebuah negeri bernama: kenangan
atau wajahmu?
deraian yang kudengar
dari balik masa lalu
dari balik masa lalu
ada yang kuseka, air mataku sendiri
rupanya...
rupanya...
malang, 27-maret-1999
BUAT ANGGI YANG MURAM
gundah juga yang membakar hati,
negerimu yang jauh,
negerimu yang jauh,
tatapan kesedihan atau kemarahan
pada cuaca,
pada cuaca,
"ibu, ibu, aku rindu pelukmu"
cuma hampa! jawaban tak ada
cuma hampa! jawaban tak ada
yang ada hanya gebalau:
mungkin api, letusan, atau derap serdadu
mungkin api, letusan, atau derap serdadu
"prahara! prahara! dusta aniaya!"
malang, 17 maret 1999
Comments
Post a Comment