: sigit pramudito, ziplesshyde, yayan, bajang, bemzq
angin berhembus di sela sela jendela. engkau merangkai gerimis yang jatuh. dari mata itu, kenang mulai menggenang.
ada yang mengerjap, mungkin harap. ada yang mengusap airmata, dari mata yang sembab.
mungkin ada yang tak mau pergi dari dalam kepalamu. meriuh. menggaduh. seperti waktu. mengetukmu penuh rindu.
bara terus menyala, di dalam kepala, lelaki yang terapung, terhempas gelombang, tak mati juga
ada yang ingin berdiam, dalam tenteram. tapi puisi kukira, selalu cemburu pada hidup yang nyaman
Malang, 2011
angin berhembus di sela sela jendela. engkau merangkai gerimis yang jatuh. dari mata itu, kenang mulai menggenang.
ada yang mengerjap, mungkin harap. ada yang mengusap airmata, dari mata yang sembab.
mungkin ada yang tak mau pergi dari dalam kepalamu. meriuh. menggaduh. seperti waktu. mengetukmu penuh rindu.
bara terus menyala, di dalam kepala, lelaki yang terapung, terhempas gelombang, tak mati juga
ada yang ingin berdiam, dalam tenteram. tapi puisi kukira, selalu cemburu pada hidup yang nyaman
Malang, 2011
nah. hidup normal dan kemapanan. puisi seperti apa yang bisa ditulis dari ini. ah, mungkin. "rutin, tak menarik lagi tetapi tetap layak disyukuri." :)
ReplyDelete