wahai engkau yang merindu, menarilah, dengan segala nyeri, biar sunyimu kabarkan, cintamu demikian bersahaja
telusuri derai yang merinai, angin yang membelai, inginmu yang ramai merindu damai. dalam semerbak sajak apa yang kau tebak, selain sebuah kehendak. langit redup mengaca hidup kian gugup. berapa mawar yang kau pinta, duri menusuk jemari, cinta yang nyeri
yang terbakar cemburu akan membakar cintamu akan meledakkan segala yang kau punya meledakkan mimpimimpimu hingga tak berbekas
apa yang ditakutkan dari kepergian, mungkin takut akan kehilangan, sesuatu yang bukan milik kita, sesungguhnya
telah dilarung duka yang murung, karena airmata meluruh ke dada rapuh
berkumpullah airmata, di telaga kenang. dan kau apungkan perahu kertas di atasnya. agar sampai ke pedih ke rindu yang sempurna.
Malang, 2011
telusuri derai yang merinai, angin yang membelai, inginmu yang ramai merindu damai. dalam semerbak sajak apa yang kau tebak, selain sebuah kehendak. langit redup mengaca hidup kian gugup. berapa mawar yang kau pinta, duri menusuk jemari, cinta yang nyeri
yang terbakar cemburu akan membakar cintamu akan meledakkan segala yang kau punya meledakkan mimpimimpimu hingga tak berbekas
apa yang ditakutkan dari kepergian, mungkin takut akan kehilangan, sesuatu yang bukan milik kita, sesungguhnya
telah dilarung duka yang murung, karena airmata meluruh ke dada rapuh
berkumpullah airmata, di telaga kenang. dan kau apungkan perahu kertas di atasnya. agar sampai ke pedih ke rindu yang sempurna.
Malang, 2011
Comments
Post a Comment